Setelah memegang tiket kelas bisnis KM Cengkih Afo, kami masuk kapal yang saat itu masih sepi. Akan tetapi, karena AC belum dihidupkan dan kapal yang agak bergoyang-goyang maka kami kemudian turun lagi untuk ngeteh di sebuah warung yang banyak digunakan oleh para pekerja dan ABK di Pelabuhan Penyeberangan Gorontalo.
Saat waktu menunjukkan pukul 17 wita, kami kembali mendekati kapal untuk duduk-duduk saja di depan pintu masuk kapal. Dan baru sekitar pukul 18.00 wita kami kembali masuk ke kapal dan duduk di kursi tempat kami meletakkan tas. Baru duduk sebentar, saya memutuskan untuk naik ke buritan kapal melalui ruang ABK dan mengambil foto senja. Cantik kali ternyata pelabuhan yang sangat panas di siang hari.
Dari sisi buritan sebelah yang menghadap lautan nampak kapal-kapal nelayan dengan lampu warna-warninya yang sepertinya akan berangkat melaut.
Sekitar pukul 18.30 wita di saat kami sudah berkumpul dan duduk ayem di kursi dan saya bersiap makan malam, tiba-tiba Bu Joko diajak ngobrol seorang bapak yang duduk di belakang kami. Dia bertanya kami akan ke mana, apakah pertama kali datang ke Togean, mau menginap di mana, kapan balik, dsb. Enak sih si sepertinya cara berkomunikasi bapak ini. Akhirnya setelah selesai makan, saya nimbrung obrolan mereka dan baru mengetahui kalau si bapak ini seorang free lance yang baru saja mengantar bule pelatih menyelam di salah satu resor untuk mengurus perpanjangan izin tinggal atau apa gitu di Kantor Imigrasi Gorontalo. Si Bapak kemudian bilang kalau Togean itu semuanya indah, jadi mau menginap di mana saja semuanya indah. Dan terkait jadwal kepulangan yang kami rencanakan di hari Sabtu, si bapak bilang bahwa kapal tidak ada di hari Sabtu sehingga kemungkinan kami harus menyewa kapal ke Pelabuhan Ampana di hari itu.
Saya sebelumnya telah menyusun rencana perjalanan ke Togean dari membuat daftar perbandingan harga, fasilitas, dan komentar pengunjung resor, serta mencari informasi tentang jadwal kapal, pesawat, dan ada apa saja di Togean. Setelah melalui perang batin yang cukup panjang, saya akhirnya melakukan komunikasi melalui surel aka email secara intensif dengan Ales, bule pengelola Waleakodi Sifa Resort, yang menurut hasil riset saya di internet merupakan pilihan yang paling sesuai dengan keinginan dan bujet kami. Menurut revisi rencana perjalanan yang saya rencanakan terkait perubahan jadwal kapal karena perbaikan Kapal Tuna Tomini, jika kami tiba di Wakai hari Selasa pagi maka kami akan melanjutkan dengan menggunakan kapal umum menuju Pelabuhan Malenge sebelum dijemput kapal resor menuju Sifa Cottage. Saya rencanakan untuk tinggal di Sifa hingga hari Kamis lalu pindah ke Poya Lisa lalu pada Sabtu pagi baru menuju Ampana. Saya juga sempat menghubungi Pak Edi dari Ampana Travel yang berkedudukan di Pelabuhan Ampana di nomor 082349951833, yang merupakan penghubung jika kita ingin menginap di Poya Lisa, Marina, serta Lestari Resort karena keterbatasan sinyal telepon di Togean. Pak Edi menawari saya sewa kapal selama 4 hari selama dari saat tiba di Togean, ke Sifa Cottage, island hopping, pindah ke Poya Lisa, mengantar kami ke Tanjung Api hingga ke Pelabuhan Ampana. Paket yang ditawarkan Pak Edi sebenarnya sangat terjangkau asalkan kami berjumlah sekitar 10 orang, akan tetapi kami hanya bertiga, bagaimana dong. Saya sempat membuka open trip di kaskus, twitter, dan coachsurfing tetapi cukup mendadak hanya dalam kurun waktu seminggu sebelum keberangkatan sehingga tidak mendapat tambahan teman untuk berbagi biaya. Walhasil, saya, Bu Joko dan Bunda Hani memutuskan untuk tidak menerima tawaran Pak Edi dan memilih akan ngeteng dengan kapal umum saja.
Kembali tentang saran si bapak di kapal, saya yang pusing pala barbie tentang jadwal kami di Togean jika tidak ada kapal di hari Sabtu selama Tuna Tomini perbaikan dan tidak ada kapal umum ke Ampana pada hari Jumat memutuskan untuk mencari second opinion dari ABK yang sudah beberapa kali saya ajak ngobrol sejak pagi tadi pertama ke kapal. Dari hasil diskusi tersebut ternyata rencana perjalanan yang saya buat ada yang melenceng di mana untuk keberangkatan ke Togean saya menggunakan jadwal kapal terbaru yang dikirimi Ales beberapa hari sebelum keberangkatan, sedang untuk jadwal ke Ampana saya masih memakai jadwal kapal lama. Dengan kondisi tersebut memang kami akan tiba lebih cepat di Wakai, Togean pada hari Selasa pagi dengan KM Cengkih Afo, berbeda dengan jadwal KM Tuna Tomini yang akan berlabuh di Wakai pada Rabu pagi, akan tetapi kapan dan bagaimana cara kami ke luar Togean menuju Ampana dengan hemat jika tidak ada kapal umum pada hari Sabtu.
Saya kembali ke kursi dan kembali mengikuti pembicaraan Bu Joko dan si bapak. I told him that i realized my mistake about the old and new ferry schedule. Then i, Bu Joko, and Bunda Hani reached a decision to move to Black Marlin Resort (BM) which is close enough to Wakai harbour. Si Bapak yang sejak mengetahui kami mau ke Sifa sudah bilang kalau Sifa itu jauh sehingga membuang-buang waktu kami untuk berpindah-pindah pulau dan kapal, berbeda dengan Black Marlin yang letaknya lebih strategis tersenyum menyeringai. Walaupun si bapak habis mengantar 2 bule pelatih selam di BM untuk mengurus dokumen di Imigrasi Gorontalo, dia bilang bukan agen BM dan free lance membantu turis-turis, dan dia akan melanjutkan perjalanan ke Ampana di mana dia sekarang mengurus bisnis tournya. Dia bertanya kepada 2 bule dari BM tentang ketersediaan kamar di sana dan mereka bilang ada sehingga kami bisa menginap di sana. Sehubungan perubahan tempat menginap dadakan tersebut dan mumpung masih ada koneksi data, maka saya segera mengirim surel ke Ales untuk memberitahunya bahwa kami tidak jadi menginap di Sifa karena alasan ketersediaan kapal sehubungan dengan perbaikan KM Tuna Tomini. Surel terkirim sesaat sebelum kapal mulai meninggalkan pelabuhan pada pukul 20.15 wita di mana saat itu ada mas ABK yang menunjukkan cara pemakaian pelampung layaknya pramugari pesawat. Pertama kali melihat adegan seperti ini karena pada saat naik kapal dari Gunung Sitoli ke Sibolga atau dari Merak ke Lampung saya tidak mendapati adegan seperti ini.
Bunda dan Bu Joko yang sudah terlelap walaupun belum menyantap makan malam yang sudah kami beli di Gorontalo. Si Bunda takut mabok seperti di travel dari Manado ke Gotontalo. Kebetulan keadaan penumpang kapal malam itu tidak terlalu penuh yang mungkin disebabkan banyaknya calon penumpang yang tidak mengetahui perubahan jadwal kapal. Kami bisa selonjoran tidur.
Keesokan harinya saya sudah bangun sekitar pukul 5.30 dan langsung ke buritan kapal lewat ruang ABK lagi. Sebenarnya ada tangga ke buritan dan ruang penumpang ekonomi di belakang ruang penumpang bisnis akan tetapi pintunya agak rusak sehingga dikunci.
I wish you were here and we made a homage to the infamous Titanic’s scene. You know, what i mean is neither the drawing nor the in the car scene, but the Im-flying scene when Leo hugged Kate from behind. 😀
When i was so mandele, this beautiful German lady who just visited Bawean Island for about 10 days. I have never been to the island and that was her second visit after last year.
Colorful boat.
Naik-naik sampai ke bagian atap kapal segala.
Dan akhirnya kami melihat pulau-pulau kecil di Togean kemudian kapal cepat BM melintas untuk menjemput kami dari pelabuhan Wakai menuju resor bersama 2 bule pelatih selamnya serta David, Jan, Michael.